Hi Sentimental Moods! Gimana kabarnya? Lagi sibuk apa sekarang nih?
Halo fren, iya sekarang kami sedang sibuk di studio, merekam materi-materi untuk album kedua.
Menurut Sentimetal Moods, ada perubahan ga di scene musik indie yang dulu dengan yang sekarang?
Wah, jauh-jauh berbeda. Dulu venue yang mau menampung skena indie sangat sedikit. Makanya skena era ‘90an misalnya, ya dengan mudah dilabeli sesuai venue yang bisa menampung mereka. Misal ‘jaman Poster’, dll
Sentimental Moods itu bisa dibilang punya banyak personil dan pastinya tiap personil punya background musik yang beda-beda. Gimana ceritanya bisa memilih SKA Instrumental sebagai “jalan hidup” kalian?
Yup betul, kami masing-masing memang punya background musikalitas serta kesukaan pada genre berbeda. Tapi kami semua sama-sama menyukai ska, walau berbeda ‘wave’ atau gaya ska-nya. Benang merah di ska inilah yang menyatukan kami.
Siapa aja musisi yang jadi role model kalian dalam bermusik?
Sejak awal saat menentukan diri serius di ska intrumental, maka nama Skatalites jadi ‘role model’ utama, minimal sebagai basic panutan dulu bagaimana ber-ska intrumental. Sesuai perkembangan, dengan semakin banyaknya influence yang masuk ke kami, maka muncul nama-nama lain. Seperti Tokyo Ska Paradise Orchestra, Dancing Mood, Santiago Downbeat, St Petersburg Ska-Jazz Review, New York Ska-Jazz Ensembele, dan masih banyak lagi.
Seberapa besar musik SKA di Indonesia menurut kalian?
Bila dibandingkan era akhir ‘90an, mungkin belum besar. Namun bila dibanding saat ska kembali jadi ‘underground’ (2002-2012), saat ini jauh lebih besar. Dan istimewanya, di saat ini ska yang muncul di skena Indonesia pun jauh lebih variatif ketimbang era ‘90an tersebut. Dulu hampir semua band melulu di ‘third-wave ska’, sedangkan kini mau cari ska dari wave pertama hingga terbaru, sudah ada band-nya di Indonesia. Lebih seru jadinya!
Ada rencana untuk merilis album baru setelah “Destinasi Empat” sukses merebut hati music enthusiast?
Pastinya doooong! Sekarang kami malah sudah mulai merekam materi-materi untuk album kedua tersebut. Rencananya kami akan merilis album mini dulu (EP) yang menampilkan empat ‘vokalis’ Sentimental Moods (tentu yang dimaksud para musisi horn section kami) sebagai para solois. Selain itu kami juga ingin memberi selintas gambaran warna musik kami sekarang, setelah sempat dua kali ditinggal personel (drumer dan perkusionis). EP ini rencana akan rilis di bulan November 2015 ini, disambung serangkaian tur. Sedangkan album penuhnya (LP) rencana akan dirilis di semester awal tahun depan (2016). Doain lancar ya!
Tantangan terberat apa yang sejauh ini pernah kalian alami selama berkarir di dunia musik?
Sejak terbentuk tahun 2009, Sentimental Moods seringkali bongkar pasang personel. Saking seringnya malah jadi biasa ditinggal serta dimasuki personel baru. Hingga mendapat formasi paling solid hingga akhirnya bisa merilis EP pertama, ikut beberapa kompilasi, dan tentu saja album pertama. Pengalaman-pengalaman tersebut lumayan membentuk karakter Sentimental Moods untuk menjadi band tahan banting, dan sangat menolong kami untuk cepat bertindak agar terus bisa aktif dan berkarya walau ditinggal drumer sekaligus pendiri juga otak di balik Sentimental Moods era 2009-2013.
3 kata yang bisa mewakili Sentimental Moods?
Ska, Kreatif, dan Megah
Boleh di share dong rencana jangka pendek dan jangka panjang kalian kedepannya bagaimana?
Jangka pendek, mungkin sama dengan jawaban no.6 di atas. Untuk jangka panjangnya, mungkin kami akan mendistribusikan karya-karya kami ke luar negri, secara kami sudah mulai membuat jaringan ke teman-teman skena ska di luar. Dan tentu saja segera mewujudkan undangan-undangan main di luar jawa dan luar negeri yang sebenarnya sudah banyak kami terima tapi belum terwujud karena banyak alasan, mulai dari masalah budget hingga teknis.
Any last words untuk music enthusiast?
Terus hargai musik-musik yang orisinal, dan jangan terkungkung satu jenis musik saja, karena dengan banyak mendengar musik berbagai genre (walau hanya sekadar tahu) bisa memperkaya diri kita sendiri.